Tren Food Truck Lebarkan Peluang Bagi Karoseri
Sebuah mobil bisa punya banyak fungsi. Selain untuk alat transportasi sehari-hari, mobil juga bisa digunakan untuk keperluan usaha atau berdagang. Inilah yang dilakukan banyak orang sehingga kita mengenal istilah mobil toko atau moko. Nah, dua tahun terakhir, ada tren baru dalam dunia usaha dengan kemunculan food truck.
Sejatinya, food truck tak sekadar moko. Pasalnya, di dalam truk makanan itu juga ada aktivitas masak-memasak. Adapun moko biasanya hanya menjadi tempat menata produk yang akan dijual. Kini, sebagian besar pusat perbelanjaan di Jakarta kerap menghadirkan food truck sebagai penarik massa.
Tahun lalu, jumlah food truck bisa dihitung dengan jari. Namun, saat ini menurut Asosiasi Food Truck Indonesia, sudah lebih dari 40 unit food truck yang tersebar di Jakarta. Pengusaha food truck pun sudah melebar ke kota-kota besar lain, seperti Surabaya, Bali, hingga Pekanbaru.
Selain karena menu yang beragam, food truck kerap jadi pusat perhatian lantaran desain mobil yang unik. Di balik desain yang unik itu ternyata ada jasa karoseri. Kehadiran tren food truck terang saja menjadi peluang menguntungkan bagi perusahaan karoseri mobil.
Salah satu perusahaan yang kecipratan rezeki pembuatan food truck ialah PT Delimajaya Carrosserie Industry di Bogor, Jawa Barat. Winston Wiyanta, Managing Director PT Delimajaya Carrosserie Industry, mengatakan, perusahaannya mulai menerima pesanan pembuatan food truck sejak 2013.
Namun sebelumnya, pada 2009, karoseri ini pernah mendapat order memproduksi mobil dapur untuk bencana yang datang dari pemerintah. “Konsep mobil dapur ini mirip dengan food truck yang mulai ramai pada 2013,” tutur dia.
Sejak 1976, Delimajaya memang menawarkan perakitan mobil khusus. Dus, ketika ada klien yang datang minta dibuatkan food truck, Winston langsung mengiyakan. Dia sendiri sudah akrab dengan konsep food truck lantaran sempat mengecap pengalaman tinggal di Amerika Serikat saat kuliah.
Perusahaan lain yang juga menerima order pembuatan food truck ialah PT Sentras Varitama di Sentul, Jawa Barat. Daniel Budiman, pemilik PT Sentras Varitama, menuturkan, perusahaannya berdiri sejak 1996. Namun, saat itu hanya memproduksi fiberglass untuk kebutuhan karoseri bus. Pada 2005, Daniel menambah layanan pembuatan truk pendingin yang diberi nama Sentras Box.
Nah, pada 2012, Daniel diminta oleh kliennya yang ingin memulai usaha food truck. “Secara pribadi, saya tertarik dengan konsep food truck makanya saya terima, padahal sebelumnya kami belum pernah buat,” kata Daniel.
Akan tetapi, Daniel bilang, order food truck tak selalu datang tiap bulan. Sepanjang 2014, Daniel hanya membuat empat unit food truck. Sementara hingga April tahun ini, ia sudah menerima order untuk membuat enam unit food truck. “Permintaan semakin banyak,” katanya. Selain untuk pengusaha food truck di Jakarta, order itu juga datang dari Bali dan Pekanbaru.
Biaya pembuatan food truck di Sentras Box beragam. Daniel menetapkan tarif mulai Rp 95 juta untuk karoseri, termasuk pemasangan listrik, tangki air bersih dan kotor. Setelah dirakit, food truck siap diisi dengan meja dan rak untuk peralatan dapur. Namun, kalau ingin mobil sudah siap dengan berbagai furnitur, seperti meja dan rak, biaya pembuatan bisa mencapai Rp 150 juta. Dengan catatan, sasis dan mesin mobil disediakan oleh klien.
Adapun, margin keuntungan dari pembuatan food truck di Sentras Box sekitar 25% – 30%. Sebagai perbandingan, margin laba dari pembuatan truk pendingin paling besar 25%. “Lebih untung membuat food truck karena memang unik dalam hal pembuatan,” kata Daniel.
Sementara itu, Delimajaya sudah membuat 30 unit food truck sejak 2013. Winston bilang, food truck tak hanya dipesan oleh pengusaha baru. Ada juga restoran yang sudah melirik usaha food truck. Misalnya saja, Bakmi GM, Sushi Tei, Bebek Dower, Roti O, Fat Belly, Sabroso Pollo, dan Steak Holycow. “Food truck bukan hanya kendaraan niaga, tapi juga media promosi untuk restoran tersebut,” ujar Winston.
Delimajaya membanderol food truck seharga Rp 225 juta–Rp 325 juta untuk tipe kecil, Rp 400 juta–Rp 550 juta untuk tipe sedang, dan Rp 600 juta–Rp 750 juta untuk tipe besar. Harga tersebut sudah termasuk sasis kendaraan.
Tetapi, Delimajaya juga bisa memodifikasi mobil seken milik klien menjadi food truck. Tarif pembuatan ada di kisaran Rp 75 juta–Rp 250 juta, tergantung jenis kendaraan. Harga dan tarif tersebut belum termasuk peralatan dapur yang akan dipasang dalam mobil. “Untuk kitchen equipment, klien cukup menambah biaya kurang dari Rp 75 juta,” cetus dia.
Winston mengatakan, dari pembuatan food truck, Delimajaya bisa meraup margin keuntungan sekitar 15%. Menurut Winston, food truck bisa jadi peluang usaha bagi pemilik karoseri. Semua karoseri seharusnya bisa mengerjakan food truck. “Secara umum prosesnya sama dengan kendaraan lain, tapi karena ada proses masak di dalam mobil, jadi ada beberapa hal yang harus disesuaikan,” ucapnya.
Demikian juga dikatakan oleh Daniel. Proses pembuatan food truck bisa ditangani oleh semua karoseri. Namun nyatanya tidak semua karoseri menerima layanan ini. “Alasannya bisa jadi karena membuat food truck lebih ribet dibandingkan karoseri lainnya dan tak banyak pemilik karoseri sudah akrab dengan konsep food truck,” kata dia.
Belum jadi andalan
Anda tertarik mencoba peruntungan dalam usaha ini? Baik Winston maupun Daniel sepakat bahwa food truck tak bisa dijadikan mata pencaharian utama bagi usaha karoseri. Food truck cocok jadi layanan tambahan bagi pengusaha yang memang sudah memiliki perusahaan karoseri.
Di Delimajaya, orderan food truck hanya menyumbang 10% dari total pemasukan. Winston menjelaskan, 60% usaha Delimajaya mengandalkan perakitan mobil khusus. Dari total 60% itu, ada 10% kontribusi food truck. Akan tetapi, ia optimistis food truck punya potensi besar untuk dikembangkan. Otomatis, perusahaan karoseri pun akan kecipratan rezeki lebih banyak dari perkembangan food truck.
Walaupun, di sisi lain, Winston mengakui, bisnis karoseri saat ini sedang lesu sebagai imbas dari sektor pertambangan yang merosot dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang melemah. Namun, dia yakin, food truck bisa jadi solusi bisnis yang lebih menguntungkan dan hemat.
Klien yang tertarik membuat food truck di Delimajaya pertama kali harus menentukan menu yang akan dijual. Ini memengaruhi jenis peralatan dapur yang harus dipasang pada mobil. Berdasarkan ukuran peralatan dan bujet, Delimajaya akan membantu klien memilih sasis kendaraan untuk jadi food truck.
Sejauh ini, ada tiga ukuran sasis yang bisa dipilih di Delimajaya. Untuk ukuran kecil, klien bisa memilih Daihatsu Granmax, Mitsubishi L300, atau Isuzu Bison dengan panjang sekitar 4 meter. Pada ukuran sedang, pilihan sasis ialah Mitsubishi FE 71, Isuzu NHR55, Toyota 110, atau Hino 110 dengan panjang 5 meter–6 meter. Sementara, pilihan untuk ukuran sasis besar ialah Mitsubishi FE84BC, Isuzu NKR71, Toyota 130, atau Hino 130 dengan panjang mencapai delapan meter.
Selanjutnya, klien memilih desain karoseri food truck yang diperlukan. Delimajaya menerima desain standar dan berdasar pesanan konsumen (customized). Lama pengerjaan food truck ada pada kisaran 60 hari–90 hari. “Semakin unik desain yang diinginkan, pengerjaan semakin lama,” ujar Winston.
Untuk konsep desain food truck, Winston pasti melibatkan pemilik food truck. Pasalnya, desain sangat berkaitan dengan menu dan peralatan dapur yang akan digunakan, termasuk branding kendaraan, seperti full cutting sticker untuk jadi daya tarik.
Ada beberapa perbedaan antara karoseri food truck dengan mobil lainnya, terutama pada desain bodi luar dan dalam, serta instalasi elektrikal dan gas. Menurut Winston, hal ini butuh desain khusus. Misalnya penataan peralatan harus tepat sehingga memudahkan koki bekerja dalam mobil. Pengerjaannya pun harus diteliti agar tak menimbulkan risiko berbahaya.
Dari desain eksterior, Delimajaya menyesuaikan ukuran dengan fungsi dan operasional food truck. Contohnya, pintu yang dibuka bisa digunakan untuk kasir menerima order dan displai produk melalui kulkas yang transparan. Sementara itu, desain interior disesuaikan dengan penggunaan peralatan dapur yang dibutuhkan, seperti deep fryer, burner, freezer, chiller, dan lain-lain.
Winston menyebutkan, food truck yang dibangun Delimajaya didesain secara detail sehingga bisa memaksimalkan fungsi dan operasional. Spesifikasi karoseri dilengkapi dengan insulasi body dan exhaust system untuk mencegah panas saat dapur berjalan alias menjaga mobil tetap adem.
Daniel juga mengatakan, dalam membuat food truck, dua hal utama yang harus diperhatikan ialah sasis yang digunakan serta menu yang dijual. Keduanya sangat memengaruhi desain dan penataan peralatan.
Bahan bikin adem
Food truck merupakan jenis karoseri mobil khusus yang membutuhkan detail dan desain khusus. Dus, belum tentu semua karoseri bisa membuat food truck. Sementara, dari sisi bahan baku pembuatan, menurut para pemilik karoseri, tak ada perbedaan signifikan antara food truck dengan karoseri jenis kendaraan lainnya.
Berbeda dengan karoseri lain, pemilik Sentras Box Daniel Budiman menggunakan panel sandwich sebagai material alias bahan baku. Panel sandwich terdiri dari dua lapis fiberglass sebagai dinding mobil bagian dalam dan luar. Sebagai isi lapisan, ia menggunakan extruded polystyrene. Bahan ini mirip dengan styrofoam yang kita kenal sehari-hari.
Menurut Daniel, panel sandwich membuat kendaraan lebih ringan 20% dibandingkan dengan menggunakan bahan stainless steel. Dus, penggunaan bahan bakar minyak pun lebih sedikit karena beban sasis tak berat.
Kelebihan lainnya ialah bahan yang digunakan sudah food grade, jadi cocok untuk usaha food truck. Panel sandwich juga tidak menyimpan panas. “Jadi klien bilang, food truck buatan saya adem. Ini penting karena proses masak pasti bikin koki gerah dalam mobil,” tutur dia.
Dengan demikian, proses pembuatan food truck berbeda dengan karoseri lain. Daniel tak harus membuat rangka dari besi. Proses pengerjaan tak terlalu lama sekitar empat minggu sampai enam minggu. “Semua dinding serta lantainya menggunakan bahan panel sandwich tersebut,” ujar dia.
Daniel mengatakan, hampir semua bahan baku untuk membuat food truck harus diimpor, terutama panel sandwich. Belanja bahan baku ini menghabiskan 60% dari total pengeluaran pembuatan food truck. Sisanya untuk membayar gaji karyawan dan biaya operasional karoseri.
Sementara, Delimajaya Carrosserie Industry menggunakan bahan-bahan seperti pelat galvanil untuk panel bodi dan border alumunium untuk lantai food truck. Winston Wiyanta, Managing Director PT Delimajaya Carrosserie Industry, menuturkan, pengeluaran untuk membuat food truck terdiri dari 75% pembelian bahan baku dan 25% untuk membayar upah tenaga kerja.
Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/tren-food-truck-lebarkan-peluang-bagi-karoseri